Sabtu, 23 Maret 2013

Lelakiku Api

Kau adalah api yang membakarku hangus
Menghembuskan abuku pada lereng_lereng terjal gunung_gunungmu
Bahkan ketika aku bersembunyi dibalik percikan air terjun
Aku tak kunjung padam
Sebab engkau adalah sekam dalam jiwaku
Dari setiap waktu aku menikmati panas di sekujur dadamu yang bukan saja memabukan
tetapi juga menggetarkan  malam

Rabu, 13 Maret 2013

Di Setasiun Rindu

derak rindu sepanjang rel kereta berdetak
jemput aku dengan ujung matamu
jantung berdegup
tubuh basah kuyup

aku terpahat terik
rindu terbang melayang
pekik menggelinjang
"koran...koran..!!!"
aku pulang dengan kereta berikutnya
membawa hampa

Rabu, 20 Februari 2013

"perempuanku" katamu di selembar hari lalu
aku selalu tersesat di anak-anak rambutmu yang meremang setiap kukecup keningmu

merunduk bak putri malu aku mendesah
tahukah engkau kekasihku
pada tiap tatap mata mu aku terhujam
melahirkan luka panjang
maka jiarahi aku bila waktuku tiba
kelak mungkin aku tak mampu menuliskan apa-apa
kembali kedalam kesunyianku

Rabu, 16 Januari 2013

Lebur

"Waktu"
apapun namanya ia telah membawamu padaku
dirimu melintas deras di atas pusaran rasa
kebanggaan, arogansi, luka, kecewa
atau entah apa namanya karena terlalu absurd bagiku

berawal dari mana aku juga tak tahu
semakin dekat, semakin lekat, semakin sakit, semakin tak terkatakan
hei....bukankah terlebih tepat jika ku ucap sebagai kejatuhanku?!
aku terbakar melebur jadi abu, padamu

Kafan Hati

menyeret kaki
di terjalnya hari_hari
kusandang segumpal beban
terbungkus kafan merembes darah
ia telah mengusirku dari kehidupannya
ku bawa pergi
kafan pembungkus hatiku yang remuk
satu_satunya nasehat adalah untuk sadar
petaka ini kupilih sendiri
bukankah aku telah patah hati sejak semula

Jumat, 23 November 2012

Kita Tak Tahu

kau mengecup keningku hangat dan lembut
''perempuanku, kaulah perempuanku" bisikmu
aku tersenyum menatap hitam bola matamu
disana ada aku, hanya aku
lalu hening dan kita mengukur kedalaman hati
inikah pilihan kita, jalan yang harus kita lewati

ternyata kita sama-sama tak tahu
bahkan untuk menghela nafas pun apakah masih mampu
ah...lebih baik diam
biar waktu menyimpan tanyaku

Rabu, 14 November 2012

Simpang Membenam

Pernahkah kau tau berapa banyak jarum menusuk bersama ragu
Mesti ku tanggung membayar setiap detik untuk bisa tersenyum bersamamu
Aku mengerti bila dirimu tak perduli
Kejujuran dan dusta bergantian menulis di buku takdir
Dan hidup harus terus berjalan
Pada simpang itu nanti
Ku benam  satu_satu
Hilang harap tak membuat nestapa
Ku pilih tak memiliki harapan apa_apa meski hanya sekelebat mimpi