Jumat, 28 September 2012

Fragmen

     Benquite yang sempurna. Undangan yang tidak lebih dari 150 orang itu hanya terdiri dari keluarga dan teman-teman dekat kedua mempelai. Lilin dan rangkaian bunga saling berebut perhatian dibanding makan malam yang tersaji. Siapapun harus mengakui kepiawaian penataan pesta itu. Kombinasi yang menunjukkan kecermatan dan selera Nana, pengantin perempuan.
     Meja paling sudut terlihat sepasang tangan yang memainkan api lilin, cahaya redup membias di wajahnya. Matanya sendu menatap kosong, sesekali terperanjat waktu jilatan lilin memakar jarinya, tak terlalu peduli rasa perih terbakar dimainkannya api lilin walau kemudian pikirannya sudah kosong kembali.
  
     "Di" seseorang menyapanya dari samping. "Makasih udah datang, aku pikir kamu ga mau memenuhi undanganku"
     "Aku pasti datang Na" jawab orang yang dipanggil "Di"
     " Ini acara penting buat kamu, mana mungkin aku melewatkannya."
     "Katakan sesuatu Di, aku akan mengikuti kemauanmu"
     "Apa Na, aku ga tau mesti bilang apa. Selamat untuk pernikahanmu ya, besokkan pemberkatannya?" orang yang dipanggil "Di" itu mengajukan pertanyaan retoris. siapa saja yang ada di situ pasti tahu pemberkatan mempelai dilaksanakan besok pagi.

     "Kamu ga cinta aku Di?"
     "Sudahlah Na, tak perlu membahas hal itu"
     "Kalau kamu bilang aku harus menghentikan pernikahan ini, aku mau Di...apa saja yang kamu minta aku ikuti. katakan kamu mencintaiku." Nana mendesah berat...matanya putus asa.
     " Aku ga pernah mencintaimu Na, lanjutkan prosesimu"
     "Baiklah kalau begitu." Nana berucap, sekelebat benda mengkilat keluar dari gaun pestanya... terlambat lelaki itu menyadari apa yang selanjutnya terjadi.
     "Akhh...."Sedikit keluhan keluar,..... darah merembes.....semua mata terperangah memandang tubuh yang terkulai.
     "Aku mencintaimu Na...aku mencintaimu." Mata yang tadi menatap kosong nyala api lilin merembes air mata. "Aku bohong kalau bilang ga cinta kamu" terbata-bata kalimat keluar dari bibirnya.
Di pelukannya Nana menghembuskan nafas, wanita yang teramat ia cintai tetapi yang tak punya pilihan menolak pinangan pria lain.

2 komentar:

  1. Andaikan cahaya menghilang membutakan mataku
    aku tak tau jalan ke tempatmu berada
    entah di negeri salju, bulan putih menyiangi malam
    sukmaku sudah sampai disana..
    memelukmu sampai musimku penghabisan..

    Kubayangkan kau pesta dengan orang tak kukenal
    malam berdentingan gelas dan linangan anggur
    aku teringat, menjelang subuh itu kau datang dengan pesan di handphoneku
    mengeluh, menangis dan bercerita sampai pagi tiba...

    Aku kesepian
    dalam kubur yang bergemuruh.

    BalasHapus
  2. Dadamu adalah lautan
    Tempat ribuan 'andai' mengarunginya
    Biar ku ucap yang bukan 'andai'
    Tak akan ada denting gelas beradu kericik anggur
    Begini dan tetap seperti ini adaku.

    BalasHapus